Diposkan pada Umum

Revitalisasi Peran Trilogi Dakwah Kampus


Oleh : Syamsul Ma’arief
(Anggota Biasa KAMMI Daerah Bandung)

Bismillah..

Dalam konsep Trilogi Dakwah Kampus, mahasiswa merupakan salah satu pilar penting kebangkitan dakwah. Hal tersebut dikarenanakan mahasiswa merupakan aktor utama penggerak dan pemikul amanah dakwah di kampus. Selain itu, pilar ini juga menjadi penting karena mahasiswa hari ini adalah manusia yang insya Allah akan menjadi calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Namun sayangnya tidak semua akhtivis memahami dengan baik konsep Trilogi Dakwah Kampus ini.

Ada berbagai faktor yang menyebabkan ketidakpahaman tersebut antara lain proses regenerasi yang instan, transfer pemahaman yang belum tuntas ataupun kebiasaan merahasiakan konsep (yang sebenarnya tidak perlu dilakukan). Akibatnya,dakwah kampus seakan kehilangan arah dan tujuan dikarenakan pemahaman konsep awal yang tidak integral. Instrumen dakwah kampus seakan hanya menjalankan agenda event organizer yang merupakan warisan dari seniornya selama turun temurun. Sehingga agenda yang dijalankan pun terkadang hanya ala kadarnya dan tidak menghasilkan keberhasilan dakwah seperti yang diharapkan.

Maka dalam upaya merevitalisasi kembali peran Trilogi Dakwah Kampus, dirasakan perlu untuk menyosialisasikan kembali konsep tersebut kepada seluruh akhtivis mahasiswa saat ini. Konsep pertama, mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change). Konsep pertama ini menjadikan mahasiswa sebagai orang atau sekelompok orang yang berfungsi sebagai elemen pelarut seperti halnya tinta dalam air. Mahasiswa dituntut menjadi pembawa angin segar perubahan, baik dalam bentuk reformasi maupun revolusi. Mahasiswa dicetak untuk menjadi penggebrak kejumudan, stagnansi ataupun status quo yang cenderung semakin memburamkan cahaya kebangkitan agama dan bangsa ini di masa yang akan datang.

Oleh karena itu, untuk melaksanakan konsep pertama ini dengan baik, seorang akhtivis mahasiswa harus memahami dan menghayati secara mendalam panduan dari Allah dalam QS Ar-Ra’d ayat 11 yang berbunyi: “..Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..”. Jika ingin menjernihkan air di hilir, maka bersihkanlah kotoran di hulu. Ayat ini mengingatkan kita untuk terus menerus melakukan perbaikan internal sembari melakukan ekspansi dakwah ke wilayah eksternal. Karena bagaimana mungkin teko yang kosong bisa mengisi gelas yang kosong?

Konsep kedua, yaitu mahasiswa sebagai kontrol sosial (social control). Setelah memahami dengan baik konsep pertama, maka diperlukan aktualisasi peran sebagai perwujudan pemahaman yang telah dimiliki. Akhtivis mahasiswa harus mengambil peran sebagai kontrol sosial untuk mengingatkan setiap orang, lembaga, organisasi ataupun pemerintahan yang telah melenceng dari misi besar penciptaan manusia, yaitu bersujud kepada Allah SWT. Sujud dalam arti melaksanakan setiap perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Bahkan Rasulullah mengabarkan bahwa salah satu jihad yang utama itu adalah berkata yang benar di hadapan penguasa yang dzalim.

Dalam fungsi kontrol sosial, seorang akhtivis mahasiswa tidak boleh terjebak dalam wilayah keraguan atau abu-abu. Tolok ukurnya hanya ada dua yaitu benar atau salah, hitam atau putih. Akhtivis mahasiswa tidak dituntut untuk berpikir dan bertindak dengan terlalu bijak, karena hal tersebut hanya akan melemahkan objektivitasnya sebagai ujung tombak perubahan dan kontrol sosial.

Yang terpenting dari konsep kedua ini, akhtivis mahasiswa tidak boleh terjebak pada arus kepentingan partai politik. Akhtivis mahasiswa tidak boleh menggunakan tolok ukur kepentingan partai politik sebagai pisau analisanya untuk menentukan sikap. Sikap politik akhtivis mahasiswa sudah jelas, yaitu menjadi garda terdepan untuk melakukan pembelaan terhadap rakyat. Katakanlah kebenaran, meskipun itu pahit bagimu.

Konsep ketiga, mahasiswa sebagai cadangan SDM masa depan (iron stock). Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan. Seiring dengan pertambahan usia, maka regenerasi kepemimpinan menjadi suatu keniscayaan yang tak terbantahkan. Oleh karena itu, untuk menjemput takdir kepemimpinan tersebut, diperlukan suatu kesiapan dan juga kepemilikan kapasitas diri dalam setiap akhtivis mahasiswa.

Allah hanya akan memberikan amanah pada jiwa-jiwa yang siap untuk berkomitmen dan memiliki militansi yang kuat. Seorang akhtivis mahasiswa idealnya tidak mudah terprovokasi oleh godaan harta, tahta, wanita, toyota bahkan onta. Akhtivis mahasiswa harus memiliki landasan aqidah yang kuat dan juga keyakinan nilai-nilai perjuangan yang menghujam dalam dirinya. Karena jika tidak, akhtivis mahasiswa tersebut hanya akan sekadar menjadi penonton dan komentator di pinggir lapangan, ketika semua orang telah terjun sebagai pemain di tengah lapangan. Dan yang paling menyedihkan adalah ketika Allah menjadikan akhtivis mahasiswa ini menjadi suatu generasi sampah yang akan tergantikan oleh generasi emas yang ratusan kali lebih baik dibandingkan mereka. Berjuang atau tergantikan.

Wallahua’lam bishshawwab.***

 

Penulis:

Pemerhati Hukum, Bisnis dan Pemerintahan

Satu tanggapan untuk “Revitalisasi Peran Trilogi Dakwah Kampus

Tinggalkan komentar